ADHA FAUZAN,
Hari sudah pagi, aku masih terbaring nyaman di sofa mobil travel ini. Mentari mulai melambai-lambaikan cahaya terangnya seolah berkata "Hey aku datang!". Sinarnya menyilaukanku. Pesonanya merenggut tidurku pagi itu. Ku kubuka sedikit demi sedikit mata ku dibalik switter lembut yang menutup wajahku beberapa jam ini.
"Heh, bangun perawat, lihat sebelah kirimu"
Suara itu tak asing. Itu Safril dan kawan-kawan yang lain. Entah mengapa mereka begitu gaduh pagi ini. Mungkin karena perjalan pulang ini adalah pertama kali bagi mereka.
"Ini dimana ?" tanyaku pelan
"Rembang"
Wow menakjubkan. Kalimat pertama yang terucap saat melihat keajaiban ciptaanNya. Pesisir pantai yang eksotis menemani perjalan pulang kami pagi ini, deru suara mobil travel sempit ini seolah tak terdengar lagi. Lautan biru terhampar sejauh mata memandang, burung-burung laut, nelayan, mangrove liar yang tumbuh berkelebatan, bahkan, kicauan angin khas pesisir membuat kami PD membuka lebar kaca mobil ini.
Aku bangkit dari posisi terlentang ku, ku buka ponsel Sonny Ericsson milikku, ada sebuah pesan disana, kubuka, belum sempat ku baca isi pesannya, hp itu berdering menandakan seseorang memanggil ku dari jauh.
"ya Halloo ?"
"Dimana posisi Jang?"
"Eh hey, lagi dijalan pulang, mau pulkam, ini lagi di travel ke Surabaya"
"Hahaha, saya kira masih di Semarang, kenapa buru-buru pulang ?"
Dalam batinku, pertanyaan itu seperti ada benarnya, kenapa buru-buru pulang ? ku rapikan posisi duduk ku, senyaman mungkin dan mulai menjawab pertanyaan tadi.
"Ini, lagi mau ada kegiatan sama teman-teman, jadi harus diurus dulu secepatnya"
"oh ya ? kegiatan ? waah...."
percakapan kami mengalir seperti air, hingga tak ku sadari beberapa jam lagi travel ini akan sampai ketujuan. Aku membayangkan suasana kampung halaman nanti akan seperti apa, setelah setahun meninggalkannya, apa lagi yang berubah dari kota semerbak itu. Meski sudah beberapa kali pulang pergi Semarang-Baubau, tetap saja sensasi pulkam ala anak perantau tetap sama ku rasa, apa lagi tahun ini kepulangan ku dan teman-teman juga dengan maksud yang besar. Ya, kegiatan Formabutra yang pertama.
NAIM ISMAIL,
Hari Sabtu. Orang bilang hari ini hari libur. Sayangnya tidak ada hukum liburan di hari Sabtu buatku. Ya wajarlah, Fakultas ku yang mendesign liburan sebagai sesuatu yang langka. Hari Sabtu, seperti biasa kuliah pagi menanti bak kebutuhan primer. Tidak ada yang begitu spesial hari ini, asistensi, lab, dan kegiatan kampus pada umumnya.
Sekitar pukul sembilan, aku berjalan pelan diantara kerumunan mahasiswa elite di selasar gedung Al Kindi Fakultasku, beberapa dari wajah wajah itu melontarkan senyum bersahabat seolah berucap selamat pagi padaku, ku sempatkan mengintip beberapa pamflet pamflet di papan pengumuman yang ada, tak ada yang baru ternyata, hanya setumpukan pamflet tua yang telah lewat masa kadaluarsanya. Sebelum ketika satu lembar kertas pengumuman menarik perhatianku. Disana tertulis :
KALANDER AKADEMIK FAKULTAS KEDOKTERAN 2013-2014
Aku tak begitu kaget saat membacanya. Ya, sepertinya puasa tahun ini masih akan ku habiskan di kota perantauan ini. Masalahnya sekarang, tahun ini adalah kegiatan Formabutra kami yang pertama di kampung halaman. Tapi ya sudahlah. Yang terpenting aku harus pulang pada waktunya, dan mengatur kegiatan itu bersama teman-teman.
AIYDITA,
"Aiy, naipia mbuli ?"
"Kapan pulang Aiy ?"
"Aiy, kapan pulang ?"
Seolah tak ada habisnya pertanyaan itu berdengung berulang-ulang ditelingaku. Bahkan, harus ku jawab dengan jawaban serupa berulang-ulang.
"yindapo kaasi, masih lama, mungkin pertengahan puasa"
Hari itu Sabtu sore, beberapa Fakultas telah menyelesaikan proses perkuliahannya lebih dulu. Tapi beberapa lagi belum, termasuk Fakultas Teknologi Industri, tempatku menimba ilmu. Sore itu, Ibu menelepon, adik, bahkan teman-teman juga ada yang mengirimkan ku chat. Anehnya, semuanya menanyakan hal yang sama, kapan pastinya pulang ?
Tahun ini akan sangat berbeda. Rasanya sudah cukup lama aku tidak melihat indahnya kampung halaman. Jika dibandingkan dengan teman-teman yang lain, boleh dikata kerinduan ku terhadap kampung halaman tetap tidak ada duanya. Setahun di Korea, lalu 6 bulan kuhabiskan di kota Semarang ini, betapa mata ini ingin sekali memandangi pesona kota semerbak nan jauh disana.
Aku sibuk mengutak-atik PC milikku sore itu. Facebook seolah menjadi website resmi ku saat beronline ria kapanpun dan dimanapun. Kulirik sederetan akun chat disebelah kanan laptop Samsung berukuruan 15 inchi di depanku, disana tertulis, Ekapratna Paradita, dengan satu titik hijau disebelah kirinya, menandakan sahabatku itu juga sedang aktif bermain bersama si Facebook.
saya : Dit ?
Dia : why ?
saya : sudah sampai ?
Dia : sudahlah. kan mustahil saya online di pesawat :D
saya : hahaha ada yang berubah dari Baubau ?
Dia : banyak. Udaranya berubah :D
saya : haha Fauzan juga sudah sampai ?
Dia : belum sampai say, katanya kapalnya terlambat. Sekarang lagi terlantar di Tanjung Perak :D
saya : Ha iyo ? kapal apa ?
Dia : Sinabung
saya : ya Tuhan
Aku mengakhiri percakapan dengan sahabat ku itu sore itu. Bersiap menyambut datangnya sang penguasa malam, berharap hari esok segera datang, berharap hari berganti secepat mungkin, tak sabar hati ini menyambut tanggal kepulangan yang penuh antusias. Apa lagi, kegiatan Formabutra yang pertama akan kami laksanakan disana.
YAN PRATAMA,
Tanjung Perak pukul 13.00 WIB. Surabaya tetaplah bagian dari Indonesia, jadi tetap saja pelabuhan ini terlihat sama setiap kali aku mengunjunginya, ruang tunggu yang penuh, buruh pelabuhan, dan kumpulan buss, mobil travel, taxi, hingga beberapa turis mancanegara ada disana.
Siang itu, kami baru saja tiba dengan segala atribut khas perantau yang sedang mudik ke kampung halaman. Aku, sahabatku Dzikir, Achan, dan beberapa pasukan yang kami bawa. Sesuai jadwal, kapal Pelni Sinabung yang akan mengantarkan kami mengarungi lautan menuju ke kampung halaman akan tiba pukul 19.00 WIB petang ini. But what the hell ? belum lama kami menginjakan kaki di pelabuhan tua itu, kabar buruk sudah harus kami dengarkan.
"Sinabung telat, lagi dok, sinabung telat, lagi dok, Besok malam baru sampai !"
Teriakan buruh pelabuhan berpostur pendek kekar itu mengusik pendengaran kami.
"Apa ? telat ? telat sehari ?"
"kok bisa telat ?"
"aduh bagaimana jadinya ini"
Aku dan teman-teman seperjalanan seperti segerombolan padus yang sedang menyanyikan lagu yang sama beriringan, bedanya ini bukan lagu, tapi keluhan, keluhan yang kami lontarkan beriringan dan seirama.
Apa mau dikata, keterlambatan seperti ini bukan lagi menjadi hal baru bagi kami mahasiswa bertitle perantau, hanya saja yang menjadi masalah keterlambatan itu harus ditambah dengan waktu yang tidak tepat, besok adalah hari pertama puasa, bagaimana mungkin kami harus melalui sahur pertama ramadhan di tempat ini.
Kuberjalan mendekati kerumunan mudikers tepat di depan waiting room pelabuhan Tanjung perak dengan maksud mencari informasi. Tak jauh dari sana, suara yang tak asing memanggilku samar-samar. Itu Kak Ujang dengan 7 orang pasukan mudiknya.
"Yan ?"
"Eh Kak Ujang, sudah lama ?" tanyaku
"Dari jam sepuluh tadi, sama siapa ? Achan ?"
"Iya, sama rombongan juga, ini baru tiba"
"Kapalnya terlambat"
"Iya sudah dengar, kayaknya mesti terpaksa sahur disini sebentar"
"hahah mau diapa, coba cari info di depan"
Ternyata bukan hanya kami yang harus merasakan sensasi mudik khas mahasiswa perantau siang itu. Kak Ujang dengan 7 orang pasukannya, Kak Dirman dan pasukannya, serta beberapa teman-teman seperjuangan yang lain. Bagiku, mahasiswa memang seperti ini. Jadi tak ada yang harus dirisaukan. Sensasi mudik ala mahasiswa perantau, semuanya terasa menyenangkan dan berharga saat dilalui bersama sahabat-sahabat terkasih. Apalagi, kegiatan kami yang pertama di kampung halaman akan kami mulai beberapa minggu ke depan.
ADHA FAUZAN,
"Kapalnya telat sehari ? ya Tuhan"
Aku menggerutu. Rasanya mendengar kapal itu telat seperti mendengar kelinci kesayanganku tertabrak truk.Tapi ya sudahlah, setidaknya, aku tidak sendiri melewati ini semua.
"hey, kalian tunggu disini, biar saya cari info dulu sebentar" aku melangkah menuju ke pusat informasi tepat di depan ruang tunggu pelabuhan Tanjung perak. Suasananya sangat padat, para buruh, para mudikers yang bergerombol jadi satu lengkap dengan tikar dan koper-kopernya, belum lagi terik matahari yang begitu membakar kulit, tak ada satu centipun lobi waiting room itu tersisa. Uh bagai pasar dadakan rasanya !Tak jauh, aku menangkap sosok yang tak asing berada di kerumunan, itu Dirman, bahkan bukan hanya itu, beberapa teman-teman seperantauan juga ada disana.
"wah ternyata ramai" gumam ku dalam hati.
Tepat di depan ruang tunggu itu, aku bertemu dengan Yan, juniorku, berpostur tinggi dengan pembawaannya yang khas.
"Yan ?"
"Eh Kak Ujang, sudah lama ? "
"Dari jam sepuluh tadi, sama siapa ? Achan ?"
"Iya, sama rombongan juga, ini baru tiba"
"Kapalnya terlambat"
"Iya sudah dengar, kayaknya mesti terpaksa sahur disini sebentar"
"hahah mau diapa, coba cari info di depan"
---------------------------------------------------------------------------
Bersambung.............
0 komentar:
Posting Komentar