MY LIFE MY ADVENTURE

Tulislah apa yang kau baca, lalu bacalah apa yang kau tulis maka kau akan sukses. Kemudian kerjakanlah apa yang kau tulis lalu tulislah apa yang kau kerjakan maka kau akan sukses. -Prof. La Ode-

MY LIFE MY ADVENTURE

Baru beli dengan beli baru itu dua hal yang berbeda. Negara kita ini suka baru beli bukan beli baru. -Prof. Widodo-

MY LIFE MY ADVENTURE

Menghindari masalah yang harus kamu hadapi itu seperti menghindari kehidupan yang harus kamu jalani.

MY LIFE MY ADVENTURE

Pada akhirnya, manusia dinilai bukan dari keluarga mana ia dilahirkan, tetapi akan jadi apa setelah dilahirkan -JK. Rowling-

MY LIFE MY ADVENTURE

SEMUA ADA CARANYA -PR FE UNISSULA-

Sabtu, 12 September 2015

ROTTERDAM - A STORY ! (Episode 1)


30 Agustus 2015, mungkin bukan tentang bagaimana aku bisa melalui ini bersama mereka, atau hal apa yang membuat kami bisa menapaki satu jalan yang sama disini, sampai kesini, sampai 16 ribu kilometer jauhnya dari kota lumpia itu, sampai kesini, tanah penjajah yang sudah 3 separuh abad yang lalu menginjakan kakinya pertama kali di bumi Nusantara, bukan, ini lebih dari semua itu, bersama mereka, ya bersama mereka, Syafriana Fadillah, Hasran, dan Riko Dwi Saputra.

-----------------------------------

Bandara Schipol Amsterdam tidak sebesar bandara Soekarno-Hatta, setidaknya begitulah yang aku rasakan. Sepi lengang seperti tak menggambarkan title sebagai bandara terbesar di negeri Orange. Entahlah, apa aku benar, aku tidak tahu. Mungkin, karena waktu landing pesawat Qatar Airways yang kami tumpangi bertepatan dengan minggu terakhir dipenghujung bulan ke delapan. Persis pada bukan jam sibuknya dunia perdirgantaraan. Ah ! Entahlah, lagi-lagi apa aku benar.

Siang itu aku dan ketiga temanku telah menorehkan sejarah baru dalam perjalanan hidup kami masing-masing.
"Netherlands, Bro !" "Finnaly we are here !" "What a trip guys !"
Teriakan ketiga temanku itu menggema mengiringi langkah kami, saat beranjak meninggalkan pesawat Qatar Airways Boeing 777-300 menuju ke pintu kedatangan bandara International Schipol. Senyum mengembang dari wajah ketiga temanku itu, pun aku demikian. Entah garis tangan kami atau takdir Tuhan yang menuntun kami sampai disini, entahlah, yang pasti hal ini bukan lagi menjadi sebuah impian. Yang kami tahu, perjalanan ini bukan perjalanan berlibur, lebih dari itu semua, ada tanggung jawab yang datang bersama kami disini. Yang kami tahu, tidak semua anak bisa mendapatkan kesempatan berharga seperti ini. Rasa bersyukur, antusias, nervouse, berpadu jadi satu bagaikan adonan rujak di kantin pumanisa.

Langit biru cerah tanpa celah menyambut bak permata. Dari ujung koridor pintu kedatangan, nampak pesawat-pesawat dengan berbagai macam genre dan jenis berparkir ria dengan megahnya. Merpati dan sekawanan burung lainnya terbang bersilangan seolah berucap selamat datang pada kami. Petugas pengecekan paspord dan imigrasi pun tak kalah ramahnya. Dengan style rambut mohawk ala Johnny Christ kami dilayaninya dengan sangat baik. uh ! What a nice start !

----------------------------------------

"So, lets decide our direction" Hasran bergumam meyakinkan. Seolah tahu apa yang kami butuhkan.
"Ke Amsterdam Central, ada dibawah, cari tempat buat ov-chiipkaart, naik Train ke Rotterdam Central" Jawab Dilla tak kalah meyakinkan, sembari membuka catatan kecil yang ia tulis saat training perdana kami sebulan sebelumnya. Catatan berisi semua hal yang harus kami lakukan setibanya disini. Wajarlah, sebagai sekumpulan New Comer di negeri orang, menentukan arah adalah prioritas untuk terus survive. Apalagi, this is the first time untuk kami semua.

"Service center ada disebelah sana, sepertinya kita bisa buat ov-chiipkart disana. Oya dari titik ini, kalian tidak boleh malu bertanya, malu bertanya sesat dijalan, sesat dijalan berarti gameover"
kami tertawa kecil mendengar intruksi Hasran barusan. Realita yang dibungkus dengan candaan. Benar apa yang dia ucapkan. Kami pun paham betul untuk masalah yang satu ini.

Suasana Amsterdam Central sangat padat siang itu. Kontras dengan apa yang kami temukan saat berada di bandara Schipol, walau hanya dibatasi eskalator yang kurang dari beberapa meter saja. Dari jauh, kumpulan manusia yang sibuk berlalu lalang dengan tentengannya masing-masing sudah lebih dulu mengusik mata kami. Beragam etnis, oriental, arabian, balkan, hingga beberapa orang asal Indonesia pun ada disana. Hal itu seolah jelas menggambarkan besarnya minat warga asing di negeri kincir angin ini, entah hanya untuk berlibur atau sebagai tempat bekerja.

Central Station itu didesign sangat modern dengan langit-langit yang begitu artistik. Dari tempat kami berdiri, terlihat banyak toko dan restaurant yang berdiri melingkar. Ada juga eboard-eboard modern lengkap dengan tanda penunjuk arah dan papan informasi yang sebagian besar menggunakan bahasa Belanda. Sekitar 20 meter ke selatan, nampak pintu keluar Amsterdam central yang juga tidak kalah modernnya. Berbalut kaca bening dengan sistem keluar masuk yang entah bagaimana cara kerjanya. Lalu, tepat disebelah tenggara, beberapa eskalator yang langsung mengarah ke bawah tempat Train menyinggahi para consumernya. That is our direction !

"Ov-chiipkart udah diisi, masing-masing 30 euro, digunakan seminimal mungkin ya" detail Dilla menjelaskan sambil menyodorkan 3 keping blue-card kepada kami yang entah bagaimana cara kerjanya.

"Ini gimana cara kerjanya, Dil?" Tanyaku bingung
"Entahlah, nanti juga kita bakal tahu kok"
"ya benar, kita gerak dulu deh" Riko menambahkan.

Kami beranjak menuruni eskalator ke lima dari tujuh pilihan eskalator yang kami jumpai. Sesampainya di dasar, ada 2 jalur rel Train yang tersedia, satu ke barat dan satu lagi ke timur. Sesekali kami coba memahami sign penunjuk arah dan eboard information yang terpampang diatas jalur train itu, disana tertulis, Den Haag Central 5, Rotterdam Central 7, dan Utrecht Central 9. Entah apa maksudnya, kami belum tahu pasti.
"Terus gimana ni ?"
"Thats why we learn English, let ask somebody !" Gumam ku menjawab pertanyaan Riko barusan.

Setelah bertanya ke beberapa consumer lain disana, jalur arah barat dengan 7 menit menunggu untuk Train ke Rotterdam Central adalah tujuan kami berikutnya. Hanya saja, masalah selanjutnya adalah, how to use this ov-chipkaart ?

"tuh lihat, nempelin disitu deh kayaknya" pinta Dilla dengan tangannya menunjuk ke mesin kecil disebelah kanan kami.
"ya orang-orang itu nempelin ov-chiipkart nya disitu. Itu yang mas Ikhsan bilang kemarin. Kita mesti check in dulu" walau dengan wajah setengah setengah, Riko berusaha meyakinkan kami.
"sek, We need to ask anymore" Hasran beranjak menyapa beberapa orang disana.
"Bener, tinggal dinempelin aja, terus nanti kalau udah sampai Rotterdam Central, kita musti check out lagi"
"yaudah, ayo!"

Sekitar beberapa detik kemudian, Train dengan eboard bertuliskan Rotterdam Central pun tiba. Kami bergegas. Masih dengan koper dan tas jenjeng kami masing-masing.

Setelah menaiki beberapa anak tangga, kami duduk di gerbong atas dengan 20 tempat duduk disana yang saling hadap berhadapan. Tempat duduk itu kosong, hanya ada satu consumer, ibu paru bayah dengan tas ransel yang dipakainya.

Hari itu, aku mencatat, ini adalah pertama kali aku menumpangi kereta listrik untuk berpergian. Ya, sayang sekali, di Indonesia kereta seperti ini belum ada. Kereta yang gerbong-gerbongnya berjalan beriringan dengan suara yang tak berisik. Kereta yang selama ini hanya bisa aku nikmati saat membaca majalah atau menonton televisi. Sekarang aku berada di dalamnya, menaikinya bersama teman-teman sebagai seorang consumer.
Bersambung.......

Kamis, 19 Maret 2015

& Sebuah Nasehat

Suatu hari di pertengahan Maret....
Suatu malam yang kelebat oleh datangnya butir demi butir air dari atas tempat datangnya sang cakrawala, mendung, petir badai bergelegar seperti jempretan foto..

Aku berjalan riang meninggalkan kantor Public Relation Fakultas Ekonomi, saat itu langit gelap, angin menerjang tajam menghujam, seorang teman meneriaki ..

"Nu, kamu gag bawa motor ??"
"Gag, aku bawa mobil (angkot)" tandasku riang meyakinkan..

Aku menerawang perlahan mengikuti irama langkah kaki, berhati-hati ku memilah setapak demi setapak, jangan sampai sepatu yang akan ku pakai esok hari saat roadshow ke SMA Islam Sultan Agung lecet oleh percikan genangan air berwarna coklat pekat itu.
Dibelakang, teman-teman sibuk berlarian meninggalkan lokasi fakultas ekonomi, menghindari hujan dengan kendaraannya masing-masing. Sendirian, aku berlari lari kecil tanpa mencoba menghindari air berkah itu, mataku hanya memandangi jalan beton memanjang hingga ke depan gerbang mewah Universitas Islam Sultan Agung, di sana aku berhenti sejenak, sekedar berteduh di posko resimen mahasiswa yang mayoritas anggotanya adalah orang sulawesi, kupikir hujan sebentar lagi makin lebat. Sesekali aku memalingkan wajah, melihat teman-teman yang saling merangkul di atas kendaraannya masing-masing, ada juga yang menunggangi mobil.

Sesaat, pemandangan itu mengingatkan ku pada si hitam di kampung halaman. Biasanya, saat hujan seperti ini, aku tak akan risau berpergian nyaman bersama si hitam. Bahkan, terkadang aku bernyeleneh polos & mengajak si hitam berbicara, padahal hanya herbie satu-satunya kendaraan dimuka bumi ini yang dapat berbicara, setidaknya sekalipun itu hanya ada disebuah film hehehe
Tapi sekarang berbeda, aku tak mungkin bersama si hitam di hujan lebat seperti ini, ya disini aku hanya perantau, bagaimana pun title perantau ya seperti ini.

Tak ada kata risau, dunia memang sering kali berputar ke atas dan ke bawah. Bisa saja aku memilih hidup seperti teman-teman itu,tapi apalah artinya kuliah jauh-jauh kalau hidup disana dan disini tidak ada bedanya.

Aku menyebrangi zebra cross berpetak empat dengan macam kendaraan kontainer hingga mobil pribadi berlalu lalang, sayangnya, niatku mencari angkutan kota pada jam dan cuaca seperti ini sepertinya sia-sia. Rasa pesimis akan datangnya mobil penumpang beroda empat itu sepertinya mulai mengganggu, apalagi, hujan makin lebat, mau dimana aku berteduh. Entahlah, aku masih saja bisa menikmati sensasinya, mungkin, karena kondisi seperti ini hampir tidak pernah kurasakan, bayangkan saja, menunggu angkot ditengah hujan petir pada hampir tengah malam buta, seorang diri diujung terotoar yang sepi, disaat mereka yang lain berlomba lomba meninggalkan tempat itu dengan kendaraannya masing-masing, yeah betapa spesial sensasinya bukan.

Entah secara kebetulan atau tidak, seorang asing meneriakiku,

"Mas, karepmu ndi (kurang lebih gitulah) ?"

aku paham maksudnya, tapi ku jawab saja

"aku gag bisa bahasa jawa mas" takutanya, bisa saja percakapan kami berikutnya berlanjut tetap dengan bahasa yang sama, padahal, mana aku paham bahasa jawa sepenuhnya. Ia turun dari motor beat kecilnya, membuka helm, lalu menghampiri ku lebih dekat. Dengan posisi kuda-kuda taekwondo andalanku, aku bersiaga, jangan sampai orang ini berniat jahat, aku berspekulasi, jangan-jangan orang ini adalah tukang begal yang masih menjadi trending topik di Indonesia saat ini, ah tapi kan kalau tukang begal, apa yang mau dibegal nya dari ku, aku hanya seorang konsumen angkutan kota, aku terus berspekulasi, akan kutendang dia dengan Dolio-Chaggi, setidaknya biar sabuk hitam taekwondo ku selama ini ada artinya. Tapi, ketika ia akhirnya mendekat, kutatap wajahnya, aura nya sangat positif, aku berkesimpulan, orang ini berniat baik.

"oh iya, mau kemana mas ?" tanyanya
" kaligawe depan"
"Mari naik mas, jam segini sudah gak ada angkot"

spontan aku mengiyakan, mungkin karena malam yang semakin larut, pada akhirnya aku memilih diantar orang asing ini.

Singkat cerita, aku diantarnya hingga ke SPBU kaligawe, tempatku biasa menapakan kaki tanda pemberhentian. Kondisi jalanan disana penuh oleh genangan banjir, ya wajarlah, namanya juga kota besar di Indonesia, banjir adalah budaya.
Aku menggulung celana jeans hitam yang ku pakai, ku buka sepatu merk vans yang kubeli online beberapa bulan lalu, aku bertelanjang kaki melangkah diatas genangan banjir yang rasanya sedikit lebih dalam dari biasanya. Jalan raya itu berpetak dua jalur, yang satu ke kiri dan yang satunya lagi ke kanan. Aku menyebrangi genangan itu. Sepintas, aku berpikir, mana mungkin aku akan melakukan hal semacam ini di kampung halaman, berjalan diatas genangan banjir yang menjijikan ini, ya sudah mumpung masih jadi perantau, dinikmati saja sensasinya.

Tak jauh setelah beberapa meter menyebrangi genangan itu, aku bertemu dengan dua orang teman, entahlah, kalau biasanya aku tidak suka menyapa orang lain, tapi malam itu kusapa saja, mungkin karena posisiku sebagai general manager dimana mereka adalah bawahan ku, atau mungkin juga, karena satu dari dua orang itu adalah seseorang yang punya posisi dalam pikiran ku akhir-akhir ini.

Ku sapa saja seperlunya, setidaknya, mungkin dari sinilah aku bisa melihat ketulusan beliau dan membangun persepsi beliau, karena mencintai seseorang yang berharta tahta dan jabatan lebih mudah daripada mencintai seorang perantau dari jauh yang hanya datang bermodal tekad dan sibuk memuliakan diri.. ahaay..

Pada akhirnya, aku berjalan diatas rel kereta api seperti biasa, melangkah step demi step ditemani gerimis hujan yang mulai bersahabat, disanalah aku teringat nasehat ibu


-- jadi perantau itu berarti harus bisa melakukan apa-apa sendirian..
belajar hidup susah, supaya kamu tahu dan mengerti bagaimana itu hidup susah..
jadi sederhana, sederhanalah di negeri orang, agar kamu tahu bagaimana itu sederhana..
 jangan hidup enak seperti disini, jangan terlalu  bergaya seperti disini, jadi sederhana, tapi jual intelektual mu, karakter mu, agama mu, liat siapa yang masih suka kamu dengan kondisi seperti itu, kalau ada itulah perempuan yang benar, yang bisa melihat bayangan sukses dibalik kebohongan mu menjadi sederhana.. 

bangun sukses mu dari bawah, karena sesuatu yang dimulai dari bawah akan lebih kokoh berdiri dari apapun juga dimuka bumi ini..



Selasa, 24 Februari 2015

JOEY KING !

Joey Lynn King. Bagi mereka yang sudah pernah menyaksikan Film Ramona and Beezus atau The Conjuring pasti tidaklah asing dengan gadis cilik yang satu ini. Joey memulai karir keaktrisannya sejak tahun 2006 melalui perannya sebagai Emily Mason di serial televisi The Suite Life of Zack and Cody.
Gadis cilik kelahiran Los Angeles California 30 Juli tahun 1999 ini adalah salah satu aktris cilik yang begitu mempesona menurut saya. Di film, Ramona and Beezus, Joey berperan sebagai Ramona Quimby dan beradu akting dengan Selena Gomez. Lewat film ini, saya mulai mencari tahu biografi tentang anak bungsu dari tiga bersaudara ini. Belum habis kekaguman saya untuk aktingnya di film tersebut, Joey lagi-lagi muncul dalam film bergenre horror berjudul The Conjuring pada 2013 lalu dan berperan sebagai Christine Perron. Sebagai maniak film-film horror, tentu saja saya sudah cukup mampu menilai kualitas akting para tokoh yang terlibat, dan benar saja, bagi saya, untuk aktris sekelas Joey yang notabene baru berusia 15 tahun, aktingnya sungguh mempesona. Melihatnya pertama kali dalam film tersebut, tampa membaca Cast-nya terlebih dahulu, saya sangat mudah menembak, she is Joey.
Joey sangat akrab dengan Selena Gomez. Bahkan Selena pernah berucap bahwa Joey sudah seperti adiknya sendiri. Joey juga beberapa kali berperan sebagai model video klip, sebuat saja lagu Mean-nya Taylor Swift.

Hal yang paling saya senangi dari Joey adalah sikap humblenya. Dari berbagai interview tentang Joey yang pernah saya saksikan, Joey sangat murah senyum, bahkan menurut teman akrabnya, Mackenzie Foy, Joey adalah teman yang sangat humble dan murah senyum.

That's all about Joey Lynn King...

Minggu, 22 Februari 2015

CHLOE MORETZ !

THE AMITYVILLE HORROR ? pernah nonton ? atau pernah dengar ? Film horror Amerika produksi tahun 2005 yang diangkat dari kisah nyata rumah Amityville. Namun disini saya tidak akan membahas itu. Chloe Grace Moretz, aktris abg Amerika kelahiran 10 Februari 18 tahun silam. Kaitannya dengan film tadi, saya pertama kali mengenal si Chloe ini lewat film arahan sutradara Andrew Douglas tersebut. The Amityville adalah film perdana artis cantik asal Atlanta, Georgia ini. 
Kebiasaan saya yang sangat mencintai anak kecil terlebih lagi anak perempuan membuat saya mudah jatuh hati pada perannya sebagai Chelsea di Film tersebut. Lihat saja Foto disamping ? what a cute bukan ? Satu hal yang paling menonjol dari cewek bertinggi 165 cm ini (tinggian guelah 3 centi -_- ), kalau diperhatikan sorot matanya sangat berkarisma, menggambarkan integritas, kecerdasan, dan karakter yang kuat sebagai individu. Ditambah lagi warna matanya yang berwarna hijau mampu membuat siapa saja terpaku ketika menatapnya. Bahkan, saat pertama kali melihat aktingnya di Film The Amityville, hal pertama yang saya perhatikan adalah sorot matanya. Dari sana saya berkesimpulan, anak ini spesial.

Chloe adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Ayahnya bernama McCoy Lee Moretz, seorang ahli bedah plastik, ibunya juga seorang tenaga medis, Teri Moretz.

Film the Amityville diproduksi pada tahun 2005, itu berarti saat Chloe bermain di film tersebut umurnya baru sekitar 8 tahun. 10 tahun berselang, kini gadis kecil itu telah tumbuh menjadi Chloe dewasa. look at the picture beside. see the difference.Still Beuty ?
But for me, saya lebih menyukai si Chloe kecil ketimbang Chloe yang sekarang. Entahlah, apa lagi melihat akting panasnya di film If I Stay, rasa-rasanya si Chloe kecil lebih menarik. Chloe pernah ditolak dalam satu casting film horror dengan alasan wajahnya yang terlalu cantik.

Kini, gadis pecinta balet ini telah banyak membintangi film-film Box office Holywood. Sebut saja, (500) day of summer, Diary of a wimpy kid, Dirty sexy Money, Kick Ass, hingga yang paling anyar dan paling saya sukai adalah perannya sebagai Gadis indigo di film horror Carrie.


Sekian tentang si gadis Aqurius ini,Chloe Grace Moretz.



Sabtu, 21 Februari 2015

SEPENGGAL KECIL PERJALANAN (bagian 1)

ADHA FAUZAN,
   Hari sudah pagi, aku masih terbaring nyaman di sofa mobil travel ini. Mentari mulai melambai-lambaikan cahaya terangnya seolah berkata "Hey aku datang!". Sinarnya menyilaukanku. Pesonanya merenggut tidurku pagi itu. Ku kubuka sedikit demi sedikit mata ku dibalik switter lembut yang menutup wajahku beberapa jam ini.

"Heh, bangun perawat, lihat sebelah kirimu"
Suara itu tak asing. Itu Safril dan kawan-kawan yang lain. Entah mengapa mereka begitu gaduh pagi ini. Mungkin karena perjalan pulang ini adalah pertama kali bagi mereka.

"Ini dimana ?" tanyaku pelan
"Rembang"

Wow menakjubkan. Kalimat pertama yang terucap saat melihat keajaiban ciptaanNya. Pesisir pantai yang eksotis menemani perjalan pulang kami pagi ini, deru suara mobil travel sempit ini seolah tak terdengar lagi. Lautan biru terhampar sejauh mata memandang, burung-burung laut, nelayan, mangrove liar yang tumbuh berkelebatan, bahkan, kicauan angin khas pesisir membuat kami PD membuka lebar kaca mobil ini.

Aku bangkit dari posisi terlentang ku, ku buka ponsel Sonny Ericsson milikku, ada sebuah pesan disana, kubuka, belum sempat ku baca isi pesannya, hp itu berdering menandakan seseorang memanggil ku dari jauh.

"ya Halloo ?"
"Dimana posisi Jang?"
"Eh hey, lagi dijalan pulang, mau pulkam, ini lagi di travel ke Surabaya"
"Hahaha, saya kira masih di Semarang, kenapa buru-buru pulang ?"
Dalam batinku, pertanyaan itu seperti ada benarnya, kenapa buru-buru pulang ? ku rapikan posisi duduk ku, senyaman mungkin dan mulai menjawab pertanyaan tadi.
"Ini, lagi mau ada kegiatan sama teman-teman, jadi harus diurus dulu secepatnya"
"oh ya ? kegiatan ? waah...."

percakapan kami mengalir seperti air, hingga tak ku sadari beberapa jam lagi travel ini akan sampai ketujuan. Aku membayangkan suasana kampung halaman nanti akan seperti apa, setelah setahun meninggalkannya, apa lagi yang berubah dari kota semerbak itu. Meski sudah beberapa kali pulang pergi Semarang-Baubau, tetap saja sensasi pulkam ala anak perantau tetap sama ku rasa, apa lagi tahun ini kepulangan ku dan teman-teman juga dengan maksud yang besar. Ya, kegiatan Formabutra yang pertama.


NAIM ISMAIL,
Hari Sabtu. Orang bilang hari ini hari libur. Sayangnya tidak ada hukum liburan di hari Sabtu buatku. Ya wajarlah, Fakultas ku yang mendesign liburan sebagai sesuatu yang langka. Hari Sabtu, seperti biasa kuliah pagi menanti bak kebutuhan primer. Tidak ada yang begitu spesial hari ini, asistensi, lab, dan kegiatan kampus pada umumnya.

Sekitar pukul sembilan, aku berjalan pelan diantara kerumunan mahasiswa elite di selasar gedung Al Kindi Fakultasku, beberapa dari wajah wajah itu melontarkan senyum bersahabat seolah berucap selamat pagi padaku, ku sempatkan mengintip beberapa pamflet pamflet di papan pengumuman yang ada, tak ada yang baru ternyata, hanya setumpukan pamflet tua yang telah lewat masa kadaluarsanya. Sebelum ketika satu lembar kertas pengumuman menarik perhatianku. Disana tertulis :
KALANDER AKADEMIK FAKULTAS KEDOKTERAN 2013-2014

Aku tak begitu kaget saat membacanya. Ya, sepertinya puasa tahun ini masih akan ku habiskan di kota perantauan ini. Masalahnya sekarang, tahun ini adalah kegiatan Formabutra kami yang pertama di kampung halaman. Tapi ya sudahlah. Yang terpenting aku harus pulang pada waktunya, dan mengatur kegiatan itu bersama teman-teman.


AIYDITA,
 "Aiy, naipia mbuli ?"
"Kapan pulang Aiy ?"
"Aiy, kapan pulang ?"

Seolah tak ada habisnya pertanyaan itu berdengung berulang-ulang ditelingaku. Bahkan, harus ku jawab dengan jawaban serupa berulang-ulang.
"yindapo kaasi, masih lama, mungkin pertengahan puasa"

Hari itu Sabtu sore, beberapa Fakultas telah menyelesaikan proses perkuliahannya lebih dulu. Tapi beberapa lagi belum, termasuk Fakultas Teknologi Industri, tempatku menimba ilmu. Sore itu, Ibu menelepon, adik, bahkan teman-teman juga ada yang mengirimkan ku chat. Anehnya, semuanya menanyakan hal yang sama, kapan pastinya pulang ?
 Tahun ini akan sangat berbeda. Rasanya sudah cukup lama aku tidak melihat indahnya kampung halaman. Jika dibandingkan dengan teman-teman yang lain, boleh dikata kerinduan ku terhadap kampung halaman tetap tidak ada duanya. Setahun di Korea, lalu 6 bulan kuhabiskan di kota Semarang ini, betapa mata ini ingin sekali memandangi pesona kota semerbak nan jauh disana.

Aku sibuk mengutak-atik PC milikku sore itu. Facebook seolah menjadi website resmi ku saat beronline ria kapanpun dan dimanapun. Kulirik sederetan akun chat disebelah kanan laptop Samsung berukuruan 15 inchi di depanku, disana tertulis, Ekapratna Paradita, dengan satu titik hijau disebelah kirinya, menandakan sahabatku itu juga sedang aktif bermain bersama si Facebook.

saya : Dit ?
Dia : why ?
saya : sudah sampai ?
Dia : sudahlah. kan mustahil saya online di pesawat :D
saya : hahaha ada yang berubah dari Baubau ?
Dia : banyak. Udaranya berubah :D
saya : haha Fauzan juga sudah sampai ?
Dia : belum sampai say, katanya kapalnya terlambat. Sekarang lagi terlantar di Tanjung Perak :D
saya : Ha iyo ? kapal apa ?
Dia : Sinabung
saya : ya Tuhan

Aku mengakhiri percakapan dengan sahabat ku itu sore itu. Bersiap menyambut datangnya sang penguasa malam, berharap hari esok segera datang, berharap hari berganti secepat mungkin, tak sabar hati ini menyambut tanggal kepulangan yang penuh antusias. Apa lagi, kegiatan Formabutra yang pertama akan kami laksanakan disana.


YAN PRATAMA,
Tanjung Perak pukul 13.00 WIB. Surabaya tetaplah bagian dari Indonesia, jadi tetap saja pelabuhan ini terlihat sama setiap kali aku mengunjunginya, ruang tunggu yang penuh, buruh pelabuhan, dan kumpulan buss, mobil travel, taxi, hingga beberapa turis mancanegara ada disana.
Siang itu, kami baru saja tiba dengan segala atribut khas perantau yang sedang mudik ke kampung halaman. Aku, sahabatku Dzikir, Achan, dan beberapa pasukan yang kami bawa. Sesuai jadwal, kapal Pelni Sinabung yang akan mengantarkan kami mengarungi lautan menuju ke kampung halaman akan tiba pukul 19.00 WIB petang ini. But what the hell ? belum lama kami menginjakan kaki di pelabuhan tua itu, kabar buruk sudah harus kami dengarkan.

"Sinabung telat, lagi dok, sinabung telat, lagi dok, Besok malam baru sampai !"

Teriakan buruh pelabuhan berpostur pendek kekar itu mengusik pendengaran kami.
"Apa ? telat ? telat sehari ?"
"kok bisa telat ?"
"aduh bagaimana jadinya ini"

Aku dan teman-teman seperjalanan seperti segerombolan padus yang sedang menyanyikan lagu yang sama beriringan, bedanya ini bukan lagu, tapi keluhan, keluhan yang kami lontarkan beriringan dan seirama.
Apa mau dikata, keterlambatan seperti ini bukan lagi menjadi hal baru bagi kami mahasiswa bertitle perantau, hanya saja yang menjadi masalah keterlambatan itu harus ditambah dengan waktu yang tidak tepat, besok adalah hari pertama puasa, bagaimana mungkin kami harus melalui sahur pertama ramadhan di tempat ini.
Kuberjalan mendekati kerumunan mudikers tepat di depan waiting room pelabuhan Tanjung perak dengan maksud mencari informasi. Tak jauh dari sana, suara yang tak asing memanggilku samar-samar. Itu Kak Ujang dengan 7 orang pasukan mudiknya.

"Yan ?"
"Eh Kak Ujang, sudah lama ?" tanyaku
"Dari jam sepuluh tadi, sama siapa ? Achan ?"
"Iya, sama rombongan juga, ini baru tiba"
"Kapalnya terlambat"
"Iya sudah dengar, kayaknya mesti terpaksa sahur disini sebentar"
"hahah mau diapa, coba cari info di depan"

Ternyata bukan hanya kami yang harus merasakan sensasi mudik khas mahasiswa perantau siang itu. Kak Ujang dengan 7 orang pasukannya, Kak Dirman dan pasukannya, serta beberapa teman-teman seperjuangan yang lain. Bagiku, mahasiswa memang seperti ini. Jadi tak ada yang harus dirisaukan. Sensasi mudik ala mahasiswa perantau, semuanya terasa menyenangkan dan berharga saat dilalui bersama sahabat-sahabat terkasih. Apalagi, kegiatan kami yang pertama di kampung halaman akan kami mulai beberapa minggu ke depan.


ADHA FAUZAN,
"Kapalnya telat sehari ? ya Tuhan"
Aku menggerutu. Rasanya mendengar kapal itu telat seperti mendengar kelinci kesayanganku tertabrak truk.Tapi ya sudahlah, setidaknya, aku tidak sendiri melewati ini semua.

"hey, kalian tunggu disini, biar saya cari info dulu sebentar" aku melangkah menuju ke pusat informasi tepat di depan ruang tunggu pelabuhan Tanjung perak. Suasananya sangat padat, para buruh, para mudikers yang bergerombol jadi satu lengkap dengan tikar dan koper-kopernya, belum lagi terik matahari yang begitu membakar kulit, tak ada satu centipun lobi waiting room itu tersisa. Uh bagai pasar dadakan rasanya !Tak jauh, aku menangkap sosok yang tak asing berada di kerumunan, itu Dirman, bahkan bukan hanya itu, beberapa teman-teman seperantauan juga ada disana.
"wah ternyata ramai" gumam ku dalam hati.

Tepat di depan ruang tunggu itu, aku bertemu dengan Yan, juniorku, berpostur tinggi dengan pembawaannya yang khas.

"Yan ?"
"Eh Kak Ujang, sudah lama ? "
"Dari jam sepuluh tadi, sama siapa ? Achan ?"
"Iya, sama rombongan juga, ini baru tiba"
"Kapalnya terlambat"
"Iya sudah dengar, kayaknya mesti terpaksa sahur disini sebentar"
"hahah mau diapa, coba cari info di depan"

---------------------------------------------------------------------------
Bersambung.............

Rabu, 18 Februari 2015

STEPHENIE MEYER VS J.K. ROWLING

Stephenie Meyer dan Joanne Kathleen Rowling, penulis mana yang masih tidak mengenal kedua tokoh ini ? they are strongly famous. Satu hal yang menjadi persamaan keduanya, mereka sama-sama dikenal karena satu karya agungnya, Stephenie Meyer dengan Novel Twilight-nya, dan J.K Rowling dengan Harry Potter-nya. Sekedar iseng-iseng, saya mencoba membandingkan kedua author besar ini, tanpa maksud membandingkan mana yang lebih baik, saya mencoba menilai dari sudut pandang saya sendiri. Let's get started


STEPHENIE MEYER
Nama lengkapnya Stephenie Morgan Meyer. She is author of Twlight saga dan seluruh seri-serinya. Berbicara tentang novel larisnya ini, Ia pertama kali mendapat ilham tentang ide briliant ini saat terbangun dari tidurnya dan bermimpi tentang kisah cinta terlarang antara manusia dan vampire. Stephenie, begitu ia biasa dipanggil, langsung menuliskan apa yang ada dalam mimpinya itu kedalam fragmen kata-kata, hingga pada akhirnya, terbitlah novel Twilight. Novel ini terbit pada tahun 2005 dengan seri pertamanya Twilight Saga. Novel ini dengan cepat menjadi best seller dan difilm kan pada tahun 2008. Twilight hadir dengan serie-serie berikutnya, sebut saja New Moon, Eclipse, dan Breaking dawn.

Stephenie Meyer bagi saya adalah seorang penulis spesialis vampire romance, young adult fiction, dan science fiction, sebut saja karya-karya briliantnya yang lain seperti The Host, Short Story in Prom Nights from Hell, atau Midnight Sun, hingga The Soul dan The seeker (Seolah-olah gue udah baca semua bukunya hahah). Stephenie Meyer adalah penulis yang menginspirasi saya menulis dari sudut pandang dua tokoh. Novel Midnight Sun adalah satu dari serie novel Twilight yang sudut pandangnya diganti dari Bella Swan ke sudut pandang Edward Cullen. Pada tahun 2010, Stephenie masuk dalam 10 besar Author dengan penghasilan tertinggi di dunia menurut majalah forbes. Dia hanya kalah dari James Patterson, penulis buku Swimsuit. Semua itu tidak lepas dari suksesnya novel Twilight dipasaran dan filmnya yang menjadi box office.

Hal yang paling hebat dari Stephenie Meyer menurut saya adalah kemampuannya membangun opini pembaca tentang paradigma vampire selama ini. Apabila kita mendengar kata vampire, yang terlintas pertama kali adalah sosok yang menakutkan, haus darah, liar, dan takut pada matahari. Tapi, lewat novel briliant-nya itu (Twilight), ia menggambarkan vampire sebagai mahluk sosial yang bisa hidup berdampingan dengan manusia, bahkan dengan segala keteraturan dan gaya hidupnya masing-masing, tidak takut pada matahari, dan bahkan berwajah rupawan.

Istri dari Christian Meyer ini bagi saya adalah sosok yang sangat inspiratif, seorang author yang baik adalah author yang mampu membangun opini pembaca ke dalam paradigma baru akan sesuatu hal, setidaknya itulah poin yang saya dapat dari lulusan Brigham Young University ini.

"THAT'S THE BEAUTIFUL THING ABOUT BEING HUMAN : THINGS CHANGE"
-stephenie meyer-


J.K ROWLING
 J.K Rowling, kepanjang dari  Joanne Kathleen Rowling. Author yang dikenal dengan her masterpice yang luar biasa, novel terlaris sepanjang masa Harry Potter dan seluruh serie-serie-nya. J.K Rowling adalah author spesialis genre fantasy. Novel Harry Potter-nya beserta serie-serie-nya merupakan novel terlaris sepanjang masa dengan penjualan saat ini mencapai 500 juta eksemplar di seluruh dunia.

Rowling merupakan sarjana Bachelor of Arts dari Exeter University. Ia terinspiri menulis novel Harry Potter dalam perjalanannya menaiki kereta dari Manchester ke London pada tahun 1990. Pada tahun 1997 serie pertama Harry Potter terbit dengan judul Harry Potter and the Philosopher's Stone yang kemudian diubah judulnya menjadi Harry Potter and the Sorcerer's Stone dalam versi Amerika. Lalu pada tahun 2001 serie pertama Harry Potter difilm kan dan langsung membius jutaan penonton di seluruh dunia.
Hal yang paling luar biasa dari J.K Rowling menurut saya adalah kemampuannya merubah nasib dari seorang yang sangat miskin menjadi sangat sukses dengan tulisan ! Saat menulis serie pertama Harry Potter and the Philosopher's Stone, kondisi ekonomi J.K Rowling sangatlah memprihatinkan. Rowling berpisah dengan pasangan pertamanya Jorge Arantes pada tahun 1995, bisa dibayangkan betapa rumitnya kondisi Rowling saat itu. Tapi dedikasinya terhadap dunia tulis menulis tetap ia jalankan, hingga lewat karyanya itu kini ia telah menjadi salah satu penulis paling sukses dan paling berpengaruh di dunia.

Rowling sampai saat ini adalah salah satu author yang paling menginspirasi saya dalam menulis. Dedikasi dan kecintaan terhadap tulisan adalah syarat mutlak menjadikanmu penulis yang sukses. Yang pasti, itu telah dibuktikannya. Dalam salah satu serie novel Harry Potter, Rowling menulis :

"MANUSIA DILIHAT BUKAN DARI KELUARGA MANA IA DILAHIRKAN, TETAPI AKAN JADI APA SETELAH DILAHIRKAN"

Quotes Rowling diatas selalu saya tempel pada beberapa lembaran-lembaran buku, bahkan quotes tersebut sudah beberapa kali saya bawakan dalam berbagai kesempatan berbicara di rana publik. Sampai saat ini, Harry Potter dan seluruh serie-serie-nya adalah salah satu film terbaik yang pernah saya tonton setelah TITANIC. 

Selasa, 17 Februari 2015

MACKENZIE FOY !

Do you know this beutifull young girl ?
Mackenzie Christine Foy. Saya lebih senang memanggilnya Si Foy Kecil. Menarik untuk membuat tulisan tentang si Foy kecil ini. Bukan karena saya senang anak kecil, apa lagi anak cewek, apa lagi bercita-cita pengen punya anak cewek besok lusa hahaha :D

Anak ini spesial, aktingnya, facenya, bakat keaktrisannya juga luar biasa. Uniknya dia bukan lahir dari keluarga seniman, ayahnya hanya seorang supir truk. Tapi jiwa bintangnya memang tidak bisa disembunyikan, namanya juga bintang, sinarnya selalu kelihatan darimana pun tempat kita memandangnya, is'nt ?
By the way, orang lebih banyak mengenalnya karena perannya sebagai Renesmee Cullen di Film Twilight. Padahal, kalau melihat treck record si bocah ajaib pecinta Jerapa ini, dia sudah aktif di dunia keaktrisan sejak usianya masih 4 tahun sebagai model print ad untuk beberapa brand fashion. Pada usia 9 tahun, dia sudah ikut membintangi beberapa acara Televisi, sebut saja 'Til Death, FlashForward, Hawai Five-0. Lalu pada tahun 2010, dia berperan sebagai Renesmee Cullen di film adaptasi Novel Twiligh-nya Stephanie Mayer. Lalu, sahabat Joe King ini juga ikut berperan pada film Black Eyed Dog, Interstellar, dan yang paling saya ingat adalah perannya sebagai Cindy Perron in my favorite scary movie The Conjuring.

Disini, saya tidak akan membahas perannya di film The Conjuring atau biografi si Foy kecil ini secara panjang lebar. Sebagai penulis dan skeptiser, menarik kiranya saya berandai-andai tentang karir si Foy kecil ini kelak ketika ia sudah tumbuh sebagai aktris dewasa.
Sangat disayangkan cewek kecil kelahiran 10 November 2000 ini bukan seorang muslim -_- ededeeeeh
Setidaknya kalau dia muslim kan "%jkl$#'f,K!1kkk"

Namanya juga warga USA, negara Liberal, negara Pamannya si-Sam, apa lagi dia seorang aktris Hollywood, saya khawatir apakah suatu hari ia akan ikut beradegan France-Kiss dengan lawan mainnya nanti. Atau yang lebih buruk, haruskah si beatifull young girl ini hikut ikutan beradegan panas dengan lawan mainnya nanti -_- tak bisa kubayangan Tuhaaan.

Mungkin kekhawatiran saya terlalu berlebihan, who is me ? I'm just her fans ! kadang saya berpikir, Ah namanya juga aktris Hollywood, sudah barang pasti adegan begituan akan jadi bagian dari pekerjaannya nanti. Sebut saja seperti Emma Watson, betapa unyu-unyunya ia saat muncul di Film Harry Potter and the Sorcerer's Stone pertama kali, setelah tahun berganti dan usianya bertambah, bisa disaksikan adegan adegan yang ia mainkan kemudian.
Atau yang lebih buruk, haruskah dia menjadi seperti Kristen Stewart yang semua adegan panasnya begitu masyaAllah ? ooh tak bisa kubayangkan.
Hal yang saya sayangkan adalah, dia harus hidup dilingkungan Hollywood. Coba seandainya dia muslimah, lahir di lingkungan yang nilai-nilai moral dan harga diri wanita bisa dijunjung tinggi yang tidak bisa digadaikan bahkan atas nama nilai estetika sekalipun (tapikan kalau dia bukan aktris Hollywood mana mungkin saya kenal kan ya haha :D )

Di film Twilight, ayahnya Edward Cullen berkata :
"your eyes like you mother's eyes"

ya semoga saja yang mirip dari nya hanya sebatas bola matanya saja, semoga attitude dan lifestyle-nya bisa jauh berbeda, sekalipun rasa-rasanya sulit.
Entahlah, ini hanya tulisan seorang fans as normally to his idol. Yang pasti, bagi saya alangkah sangat disayangkan jika ia harus seperti itu. Sama halnya ketika saya mengidolakan Vera Farmiga dulu, pada akhirnya rasa mengidolakan saya itu pupus semenjak negara api menyerang ! alah bukanlah, maksudnya setelah saya tahu adegan-adegan super ekstrem darinya, terutama saat ia bermain bersama Alm. Paul Walker.

Semoga si Foy kecil ini akan jadi bintang besar nantinya. Bintang besar yang kehidupannya sehat-sehat saja, dan adegan-adegan dalam setiap film-filmnya nanti juga sehat-sehat saja.
yaap.. Well see happened